Sejatinya Anies Baswedan tidak memerlukan survei sekiranya nanti dia menyambut desakan pengagum dan relawannya dari segenap penjuru tanah air untuk mencalonkan diri pada Pilpres 2024.
Relawan Anies memang beda, mereka spontan dan aspiratif dari bawah, membiayai sendiri kegiatan mereka untuk menyosialisasikan Anies sebagai Capres 2024. Mereka seperti Anies tak andalkan survei, suka buzzer, apalagi yang ‘profesional’ alias berbayar, dengan ‘tag price’.
Kegiatan survei semakin marak, karena jasa mereka diperlukan oleh hampir semua aspiran, hanya untuk pembentukan opini. Anies tak ikut tetapi jutaan relawannya sudah mulai kegiatan mereka di lapangan.. Maka itu, hasil survei bergonta-ganti, sesuai order. Makin sedikit yang jujur dan bertanggung jawab.
PENGUMUMAN hasil-hasil survei yang semakin gencar mengarah ke tahun 2024 di permukaan terasa ganjil ketahuan mereka ingin menggiring opini publik. Tentu saja perbuatan ini meresahkan rakyat. Ini adalah bentuk ‘kebohongan publik’.
Perusahaan survei dalam praktik ini justru merusak demokrasi. Semakin mendekat ke tahun 2024 maka kegiatan survei –profesional atau abal-abal—pun semakin menggila.
Banyak perusahaan konsultan politik dengan kontrak bayaran berlindung di balik survei yang seyogianya mencerdaskan publik dengan hasil survei yang secara etika dan metologis dapat dipertanggungjawabkan malah menjadi penggiring opini. Itulah realitasnya.
Pertarungan internal Puan Maharani vs Ganjar Pranowo di tubuh PDIP, atau Prabowo Subianto vs. Sandiaga Uno di Gerindra akan terus berlanjut sampai the last minute. Kenapa? Mereka ini kekuatannya kurang lebih seimbang. Peri ‘pembobot’ untuk poin penentu kemenangan.
Tanpa nama Anies? Nama Anies Baswedan cukup menggetarkan lawan. Mereka juga ingin mengukur kekuatan ril dari Gubernur DKI ini.
Apa sikap Anies?
Pengamat politik Tony Rosyid menilai bahwa Anies Baswedan memiliki peluang yang cukup besar di Pilpres 2024. Menurutnya, komentar, elektabilitas, dan popularitas Anies yang cukup konsisten berdasarkan pemantauannya di beberapa hasil survei.
Tony menyampaikan, ada lima alasan mengapa Anies tidak merasa memerlukan ‘jasa survei’ karena dia mempunyai peluang besar di Pilpres 2024.
Pertama, di setiap survei Anies selalu muncul secara alami alias bukan setting-an. Anies tidak memerlukan konfirmasi survei.
Keberadaan jaringan relawan yang committed, membantu Anies yang tidak memiliki sumber dana yang besar, seperti bakal paslon saingannya.
Kedua, menurut Tony harapan masyarakat besar terhadap Anies. Hal itu, dilihat dari antusiasme publik terhadap Anies dan terbentuknya relawan di mana-mana. Ini sudah ratusan jumlahnya. Deklarasi “Anies for President 2024” berjalan lebih dini dengan speed yang tinggi dan merata di semua daerah dari Sabang sampai Merauke.
“Relawan Anies sangat banyak dan beragam. Para relawan membentuk sekoci-sekoci masing-masing secara organik,” ujar Tony.
Memang di antara aspiran Pilpes 2024 Anies yang paling miskin. Tanpa dukungan dana dan tenaga relawan dan pendukung tak mungkin dia bisa melaksanakan acara kampanyenya sendirian.
Idealnya, seorang kontestan Pilpres perlu dana yang massif. Karena kegiatan kampanye untuk wilayah seluas Indonesia sangat tergantung pada kesiapan logistik, alat peraga, sembako dan untuk menyiapkan saksi-saki ratusan ribu orang.
Alasan ketiga adalah tingginya jumlah berita terkait Anies yang mendapat tanggapan publik. Anies teratas dua kali lipat dari nama Prabowo atau Ganjar tepah menjadikan Anies calonter populer dan paling disukai.
Keempat, Anies memiliki banyak tabungan konten yang mudah dikemas menjadi pesan kampanye, bermodalkan pengalaman yang dilaluinya di berbagai tempat dan jabatan –lima tahun memimpin menjabat Gubernur DKI—yang menarik dan ingin diketahui publik.
Kelima, kemampuan artikulasi, narasi Anies jauh di atas para pesaingnya. Ini menjadi modal natural dan otentik dalam berpidato maupun dalam perdebatan capres yang akan dihadapinya.
Survei rame-rame pata cengke
Kini hampir setiap hari ada saja pihak yang mengaku perusaaan survei, padahal sejatinya mereka konsultan politik, meluncurkan hasil survei mereka dalam rangka memengaruhi opini publik, tentu dengan bayaran, begitu komentar netizen di media sosial.
“Besok, muncul lagi perusahaan survei mengumumkan hasil yang bertolak-belakang yang membuat masyarakat semakin tak percaya terhadap hasil-hasil survei yang dipublikasikan dengan tujuan jelas dan imbalan materi,” begitu komentar netizen bernada kecewa.
Seperti diketahui, banyak perusahaan konsultan politik dengan kontrak bayaran berlindung di balik survei yang seyogianya mencerdaskan publik dengan hasil survei yang secara etika dan metologis dapat dipertanggungjawabkan malah menjadi penggiring opini, komplain warganet.
Itulah sebabnya, Ketua Umum PDI-P Megawati Senin (10/1) menegaskan partainya sejak 2019 tak menjadikan hasil survei sebagai pegangan. Pernyataan ini penting, agar ‘kedua calon kontestan’ tidak belanja habis-habisan dan menjadi obyek pemerasan oleh perusahaan survei karena hasilnya pun ‘tidak kredibel’. (kba)