Dalam disiplin ilmu sosiologi, trotoar sebagai fasilitas pejalan kaki dalam menjalankan aktivitasnya tentu saja secara langsung akan membangun suasana interaksi sosial antarpejalan kaki.
JAKARTA | KBA – Sejak tahun 2018 hingga tahun 2021, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan setidaknya sudah membangun 241 kilometer trotoar di ibu kota.
Pembangunan tersebut tak hanya dilakukan di Jalan utama Jenderal Sudirman saja. Namun juga dibanyak jalan di DKI Jakarta. Trotoar di luar Jalan Jenderal Sudirman, memang kurang tersorot.
Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Syaifuddin menilai hal itu adalah positif. Pasalnya, dalam disiplin ilmu sosiologi, trotoar sebagai fasilitas pejalan kaki dalam menjalankan aktivitasnya tentu saja secara langsung akan membangun suasana interaksi sosial antarpejalan kaki.
“Sebab aktivitas berjalan kaki ini akan mempertemukan setiap orang dan dimungkinkan juga saling bertegur sapa dalam kontak sosial,” katanya kepada KBA News Minggu 16 Januari 2022.
Ia berpandangan, pada dasarnya sudah menjadi kewajiban pemimpin daerah di mana saja untuk memberikan fasilitas yang bermanfaat bagi masyarakatnya. Dan dapat membangun keadaban bermasyarakat melalui fasilitas yang tersedia. Khususnya di Jakarta ini.
Oleh karena itu, Syaifuddin pun berharap, dengan adanya pembangunan itu, fasilitas tersebut bisa tetap terawat dengan baik. Dan tidak disalah gunakan.
“Dapat dirawat dengan baik dan sesuai dengan fungsinya, tanpa digunakan oleh pedagang untuk berjualan,” ujarnya.
Sebelumnya, Anies menyampaikan, pembangunan trotoar sebagai ruang ketiga bagi warga berinteraksi, baik antarpejalan kaki, pejalan kaki dengan musisi, atau dengan para kelompok-kelompok agama yang sedang merayakan hari keagamaan.
“Kenapa trotoar itu dibangun? trotoar ini juga adalah ruang interaksi warga, ini ruang ketiga juga, ada yang di sana untuk berjalan kaki, antara tempat kerja dengan rumah, ada juga komunitas-komunitas beraktivitas di situ, banyak aktivitas warga yang bisa menggunakan trotoar sebagai tempat untuk mereka menjalankan kegiatannya,” katanya.
“Kita ada festival menjelang hari-hari besar keagamaan, ruang-ruang ketiga ini seperti trotoar dipakai untuk kegiatan seperti itu, jadi ketika kita bicara tentang trotoar, maka trotoar ini pun dibayangkan bukan sekadar orang menjalani dari satu titik ke titik yang lain, tapi kita ingin dalam mereka membuat perjalanan menjadi pengalaman,” ujarnya. (kba)