Saifullah (54) sopir Mikrotrans Jak-08 yang melayani rute Tanah Abang-Benhil mengaku penghasilannya mengalami peningkatan dibandingkan sebelum angkot yang dikemudikannya berintegrasi dengan Mikrotrans. Lebih beruntung lagi, saat ini dia bekerja tanpa dibebani target penumpang.
JAKARTA | KBA – Keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengalihkan sistem transportasi ini di Jakarta dari angkutan kota (Angkot) reguler ke Mikrotrans di Jakarta membawa berkah tersendiri buat para pengemudi. Mikrotrans tidak hanya mengurangi kemacetan, polusi udara dan permudah ruang gerak penumpang, tetapi Mikrotrans juga berhasil meningkatkan kesejahteraan sopirnya.
Saifullah (54) sopir Mikrotrans Jak-08 yang melayani rute Tanah Abang-Benhil mengaku penghasilannya mengalami peningkatan dibandingkan sebelum angkot yang dikemudikannya berintegrasi dengan Mikrotrans. Lebih beruntung lagi, saat ini dia bekerja tanpa dibebani target penumpang.
“Gaji kita dari Pemerintah, semua dari Pemerintah, kita kerja aja, semua sudah dibiayai Pemda,” kata Saifullah kepada KBA News di terminal Mikrotrans Tanah Abang, Jakarta Pusat pada, Kamis 13 Januari 2022.
Dikatakan Saifullah, sistem gaji sopir Mikrotrans tidak bulanan tetapi harian, namun yang dikejar oleh para sopir bukanlah penumpang tetapi kilometer. “Gaji gak bulanan hanya perhari atau harian, dihitung pendapatan sehari, jadi kalau gak kerja kita gak dapat gaji,” ucapnya.
Terkait dengan nominal gaji per hari, Saifullah mengakui sangat besar dari pendapatan saat masih di angkot reguler. Makanya tingkat kesejahteraan para sopir Mikrotrans lebih baik.
“Sehari itu 180 KM, jadi kalau pagi 6 sore 6, hitungannya satu hari itu gajinya Rp 148 ribu. Alhamdulillah selama ini sejahtera kok, gitu aja pak, kami sejahtera dah dengan JakLingko,” jelasnya.
Saat ditanya terkait perbandingan pendapatan dan kewajiban antara angkot reguler dengan Mikrotrans, Saifullah memastikan Mikrotrans sangat baik karena para sopir tidak dituntut untuk harus mendapatkan banyak penumpang, tidak ugal-ugalan, sangat tertib dan rutenya diatur oleh pihak Jaklingko.
“Mendingan JakLingko lah, kita gak perlu pusing narik, kita ikut aturan, jadi tertib, gak ada ugal-ugalan dan sopir gak merasa beban,” jelasnya.
“Ada atau gak ada penumpang kita tetap dibayar, tapi harus ikut aturan, kalau ada tempat berhenti ya harus berhenti, pokoknya sesuai SPM ajalah gitu,” pungkasnya. (kba)