Mereka sadar betul bahwa Anies Baswedan tidak akan bisa dijadikan presiden boneka. Oligarki bisnis tahu itu. Mereka paham Anies tak akan mengikuti keinginan rakus mereka.
Semua elite politik, kecuali sedikit, adalah orang-orang yang tak bisa diharapkan untuk membela rakyat. Mereka itu oligarki politik. Dalam kepala mereka hanya ada kekuasaan dan duit. Mereka berkaloborasi dengan para pengusaha alias oligarki bisnis yang, di dalam pikirannya, hanya ada duit, duit, duit.
Bisa dibayangkan betapa dahsyat kerusakan yang dihasilkan oleh persekongkolan kedua oligarki yang berideologi duit itu. Tidak masalah bagi mereka jika penjabaran ideologi duit dan kekuasaan itu harus berkhianat. Harus menjual negara dan kedaulatan. Pengkhianatan tidak ada dalam kamus mereka.
Disematkan dengan julukan “pengkhianat” bukanlah sesuatu yang besar bagi mereka. Itulah sebabnya teriakan “Kalian Pengkhianat!” tidak mengganggu mereka.
Celakanya, mereka tidak sendirian. Kedua oligarki pengkhianat itu punya banyak pendukung. Termasuklah para penguasa ormas-ormas pengemis, para benalu, dan sampah-sampah masyarakat semisal buzzer upahan. Yang juga termasuk pengkhianat adalah para ustadz bodong yang menjilat penguasa dengan imbalan tak seberapa.
Miris, bukan? Tentu, ya. Namun, begitulah potret musuh rakyat saat ini. Musuh bangsa. Musuh umat. Mereka nyaman menjadi kaki-tangan para bandit yang berada di oligarki bisnis.
Terus, mengapa mereka disebut-sebut di sini? Tidak lain karena mereka akan beramai-ramai menjegal figur terbaik capres untuk Pilpres 2024. Mereka secara sistematis dan full force (kekuatan penuh) akan menjegal Anies Baswedan maju di pilpres mendatang.
Anies akan dijadikan target oleh para pengkhianat itu. Target untuk disingkirkan dari panggung politik Indonesia. Mereka sadar betul bahwa Anies tidak akan bisa dijadikan presiden boneka. Oligarki bisnis tahu itu. Mereka paham Anies tak akan mengikuti keinginan rakus mereka.
Itulah sebabnya sudah sejak lama mereka lancarkan segala bentuk operasi yang bertujuan menghalangi Anies. Bisakah mereka berhasil menjegal Anies? Sangat mungkin.
Presidential threshold (PT) 20 persen akan menjadi sandungan Anies. Bisa saja tidak cukup 20 persen kekuatan politik di DPR yang mendukung pencapresannya.
Kita kalkulasikan saja. PDI-P tidak mungkin, walaupun tidak mustahil, mencapreskan Anies. Gerindra sudah memberikan isyarat untuk mencapreskan Prabowo Subianto. NasDem belum tentu konsisten dalam kecenderungannya ke arah Anies. Begitu juga PKB dan PAN.
Hari-hari ini iklim politik bisa saja berubah drastis. Bahkan, tidak hanya “berubah drastis”, tapi bisa “berubah-ubah drastis”. Mengapa? Karena parpol-parpol di sini semuanya boneka. Sangat tergantung pada manuver pemegang kendali (remote control). Yaitu, kedua oligarki yang bersekongkol itu.
Jadi, posisi politik Anies memang tidak kuat. Tidak sekuat Ganjar Pranowo atau Prabowo.
Kalau kita lihat episode hari ini, Jokowi sangat ingin agar Ganjar menjadi presiden. Meskipun belum jelas kendaraannya, Golkar dan beberapa partai lain bisa memenuhi PT 20 persen untuk Ganjar. Jokowi tahu bagaimana cara menunggangi Golkar dan lain-lain.
Ganjar bisa melenggang dengan mudah ke Istana kalau Anies tidak ikut Pilpres 2024. Skenario inilah yang diinginkan oligarki bisnis dan oligarki politik. Mereka memiliki financial power (kekuatan duit) untuk menciptakan itu. Mereka mampu menduiti siapa saja asalkan Anies terjegal.
Pahamkah Jokowi dan para elite politik bahwa Anies adalah figur yang diinginkan rakyat?
Sangat paham. Namun, Jokowi ingin agar sistem amburadul yang dia jalankan saat ini bisa berlanjut di tangan Ganjar. Karena itu, Jokowi akan berada di barisan terdepan untuk menghadang Anies. Kepada Ganjar pula Jokowi menitipkan karier anak dan menantunya, Gibran dan Bobby.
Mungkinkah rakyat akhirnya akan gigit jari? Inilah yang diharapkan oligarki. Inilah yang direncanakan oleh Jokowi, Megawati, dan para pendukung oligarki bisnis lainnya. Mereka akan bersatu menjegal Anies Baswedan.
Adakah cara untuk melawan itu?
Ada. Jika Anda siap mendukung, yaitu ikut berjuang menghapuskan PT 20 persen. Kalau kejahatan PT ini lenyap, insya Allah Anies Baswedan masuk ke Istana. (*)
Asyari Usman – Jurnalis Senior, Pengamat Sosial-Politik