Keberadaan Mikrotrans merupakan salah satu bagian dari upaya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengintegrasikan transportasi umum.
JAKARTA | KBA – Pengalihan sistem transportasi angkutan kota (Angkot) pribadi ke Mikrotrans di bawah JakLingko sangat tepat, dalam menyelesaikan masalah kemacetan dan kesejahteraan para sopir angkot dan pemilik mobil (Mikrotrans-red) di Jakarta.
Ini terlihat dari sistem kerja sama yang dilakukan oleh JakLingko dengan para operator mobil di Jakarta, dimana segala kewajiban seperti gaji dan perawatan mobil ditanggung oleh JakLingko lewat mekanisme subsidi ke pemilik mobil atau operator.
Kehadiran JakLingko ini tidak hanya meringankan beban para sopir dan operator, tetapi meringankan beban biaya para penumpang yang menggunakan Mikrotrans, dimana hingga kini masih berlaku nol rupiah bagi penumpang yang memiliki kartu JakLingko.
“Mikrotrans tidak menggunakan uang tunai ya, dia menggunakan kartu, jadi dia masih tarif nol rupiah,” kata pengawas dan pengendali jalur Mikrotrans rute Tanah Abang, Ega (34) kepada KBA News di terminal Mikrotrans Tanah Abang, Jakarta Pusat pada, Kamis 13 Januari 2022.
Dikatakan Ega, sistem operasional Mikrotrans berbeda jauh dengan angkot regular. Mikrotrans tidak berhenti menunggu penumpang secara bebas, tetapi akan menaikan dan menurunkan penumpang di tempat khusus.
“Menaikan penumpang dan menurunkan penumpang juga kita ada ruang-ruang berhentinya, jadi tidak sembarangan naik. Kalau engak ada (penumpang naik) mobil tetap berjalan terus,” ucap Ega.
Terkait dengan sistem pembayaran Mikrotrans, Ega menjabarkan bahwa sistem yang ada di JakLingko berbeda dengan sistem pembayaran pada Busway dan Kereta api, namun pada dasarnya semua menggunakan kartu. Selain itu, penumpang Mikrotrans harus menggunakan kartu JakLingko dan pembayarannya masih nol rupiah.
“Kalau ini kan kita masih satu kartu, satu pelanggan, cuman masih nol rupiah, beda dengan kartu busway. Kalau kartu busway dia ke sini bayar dan dari sini masih nol rupiah juga, belum kenal biaya,” jelasnya.
“Kalau busway kan flazz dari pihak-pihak vendor, ada emoney dan BCA gitu. Kalau kita JakLingko baru dapat vendor ya, seperti dari BNI, DKI, Mandiri sama BRI jadi masih bisa nol rupiah kalau naik Mikrotrans,” sambungnya.
Lanjut Ega, untuk penggajian sopir Mikrotrans sepenuhnya dibayar oleh operator lewat subsidi yang diberikan oleh JakLingko. Tidak hanya gaji, tetapi pembiayaan perawatan mobil juga sudah masuk dalam subsidi tersebut.
Mikrotrans yang berada di bawah naungan JakLingko ini sudah tersebar di seluruh wilayah Jakarta. Keberadaan Mikrotrans merupakan salah satu bagian dari upaya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengintegrasikan transportasi umum. Salah satu tujuan untuk mengurangi tingkat kemacetan, polusi udara dan memudahkan masyarakat saat bepergian, karena Mikrotrans ini sudah terintegrasi ke setiap stasiun kereta, KRL dan halte busway yang ada di Jakarta. (kba)