Pembangunan trotoar di seluruh wilayah Jakarta, sebagai ruang ketiga bagi warga berinteraksi, baik antarpejalan kaki, pejalan kaki dengan musisi, atau dengan para kelompok-kelompok agama yang sedang merayakan hari keagamaan.
JAKARTA | KBA – Keputusan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan membangun kembali trotoar di Jakarta, semata-mata untuk menghadirkan kembali ruang interaksi antarsesama, yang kemudian disebut sebagai ruang ketiga.
Selama ini, warga Jakarta dan sekitarnya tidak begitu suka dengan jalan kaki karena trotoar-teotoar yang ada di Jakarta tidak memenuhi keinginan warga, apalagi tidak adanya integrasi yang baik. Hal ini membuat warga Jakarta seakan kehilangan nilai-nilai sosial, dimana interaksi antaresama terputus akibat tidak ada ruang untuk menyatukan hal tersebut.
“Trotoar ini walaupun kelihatan yang menonjol hanya di jalan Jendral Sudirman, karena banyak fotonya tapi sesungguhnya yang dibangun bukan hanya di jalan Jendral Sudirman, tetapi di seluruh wilayah Jakarta,” kata Anies Baswedan di Channel YouTube-nya, Dari Pendopo, dengan tema ‘Ruang Ketiga, Ruang Interaksi yang Setara’ yang dikutip KBA News di Jakarta, Sabtu, 15 Januari 2022.
Dikatakan Gubernur Anies, sejak 2018 hingga 2021 Pemprov DKI Jakarta sudah membangun 241 kilometer trotoar. Dengan sepanjang ini, pendapat orang bahwa teotoar hanya terfokus di Jalan utama Jenderal Sudirman tak benar, karena di tempat lain juga di bangun.
“Selama tiga tahun lebih ini kita bangun adalah 241 km. Jadi kalau 241 km ini panjangnya bukan hanya Sudirman, melainkan karena banyak yang foto di situ. Sesungguhnya dibangun di seluruh Jakarta,” ucapnya.
Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini menjelaskan, pembangunan trotoar di seluruh wilayah Jakarta, sebagai ruang ketiga bagi warga berinteraksi, baik antarpejalan kaki, pejalan kaki dengan musisi, atau dengan para kelompok-kelompok agama yang sedang merayakan hari keagamaan.
“Kenapa trotoar itu dibangun? trotoar ini juga adalah ruang interaksi warga, ini ruang ketiga juga, ada yang di sana untuk berjalan kaki, antara tempat kerja dengan rumah, ada juga komunitas-komunitas beraktivitas di situ, banyak aktivitas warga yang bisa menggunakan trotoar sebagai tempat untuk mereka menjalankan kegiatannya,” jelasnya.
“Kita ada festival menjelang hari-hari besar keagamaan, ruang-ruang ketiga ini seperti trotoar dipakai untuk kegiatan seperti itu, jadi ketika kita bicara tentang trotoar, maka trotoar ini pun dibayangkan bukan sekadar orang menjalani dari satu titik ke titik yang lain, tapi kita ingin dalam mereka membuat perjalanan menjadi pengalaman,” tambahnya.
Berangkat dari hal ini, orang nomor satu di DKI Jakarta itu kemudian melebarkan program untuk merevitalisasi stasiun-stasiun kereta agar terintegrasi dengan moda transportasi umum lainnya.
“Kita melakukan penataan pada stasiun, ada delapan stasiun yang kita tata yakni Stasiun Tanah Abang, Senen, Tebet, Sudirman, Juanda Palmerah, Manggarai, dan Gondangdia,” ujarnya.
Revitalisasi stasiun kereta api ini juga sebagai satu cara untuk menghidupkan kembali interaksi antarpenumpang. Sebelumnya, ruang-ruang itu adalah jalan untuk kendaraan roda empat dan roda dua, tetapi kembali diubah menjadi ruang bagi pejalan kaki setelah turun dari kereta api.
“Stasiun itu kawasannya ditata sehingga turun dari kereta api dia bukan langsung menuju tempat kendaraan berikutnya, apakah ojek, angkutan umum massal tapi ada ruang di situ dimana mereka bisa transisi dan lagi-lagi itu bisa interaksi,” ungkapnya.
“Kawasan yang semula digunakan untuk kendaraan roda empat, roda dua dan sepeda diubah menjadi jalan untuk pejalan kaki. Kita lakukan di kawasan Duku Atas ada jalan Kendal, setelah jembatan yang semula jalan raya, diubah untuk pejalan kaki. Ini adalah contoh-contoh bagaimana kita membangun ruang ketiga, dari taman yang dijadikan tempat bermain, trotoar dijadikan untuk interaksi dan mendapatkan pengalaman, dari kawasan stasiun yang diubah menjadi kawasan jalan raya yang dijadikan pejalan kaki. Ini adalah contoh bagaimana kita membuat ruang ketiga menjadi ruang yang menarik bagi warga,” pungkasnya. (kba)