Persatuan tidak otomatis ada begitu saja dan tidak dapat terwujud di tengah ketimpangan. Persatuan hanya bisa hadir jika ada rasa keadilan. Oleh karena itu, persatuan harus diusahakan melalui jalan keadilan bagi semua, keadilan sosial. (Anies Rasyid Baswedan)
JAKARTA | KBA – Anies Baswedan pada suatu kesempatan pertemuan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan sejumlah tokoh dan warga setempat, Sabtu itu, 22 Januari 2022, sekilas mengungkapkan tentang persatuan, keadilan dan korelasi antarkeduanya yang sedemikian penting sebagai titik pijak dalam mengambil kebijakan menyangkut hajat hidup warga DKI Jakarta.
Dalam lintasan sejarah, para generasi pendiri Republik Indonesia menggunakan bahasa untuk membangun persatuan. Dengan adanya kesatuan bahasa dalam tata pergaulan nasional inilah, kita semuanya bisa berkomunikasi.
Selanjutnya, menjadi tanggung jawab bersama bagaimana merumuskan dan mengimplementasikan persatuan sesuai dengan konteks zaman dan peran masing-masing, baik sebagai pribadi maupun selaku pemimpin dalam level apapun.
Nah, Anies yang telah banyak membuat terobosan dan menorehkan sejumlah prestasi besar –selama empat tahun berjalan menuju penghujung pengabdian pada Oktober 2022 mendatang– sebagai Gubernur DKI Jakarta, men-jlentreh-kan apa yang menjadi bagian dari ikhtiar membangun persatuan dengan menghadirkan rasa keadilan.
Orang nomor satu di DKI Jakarta itu pun berbagi jurus dan pengalaman dalam menata kota dan kabupaten di provinsi yang ia pimpin. Anies mengawali penjelasannya dengan menyodorkan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Kapal Pinisi yang berada di bilangan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat, secara filosofis.
“Kita harus melihat dunia itu sebagai tempat bukan kita dipengaruhi, tetapi kita memengaruhi dunia. Itu sebabnya di Jakarta kita pasang Kapal Pinisi di Jalan Jenderal Sudirman,” ujar Anies Baswedan dalam tayangan YouTube @Sulselsatu bertajuk ‘Anies Baswedan Menyapa Sulsel – Part II’ yang dikutip KBA News di Jakarta, Rabu, 26 Januari 2022.
Jembatan itu berciri khas Sulawesi Selatan dengan Kapal Pinisinya. Kapal Pinisi inilah yang membawa pribadi-pribadi pemberani untuk melampau batas-batas yang ada di Sulawesi Selatan.
Ada pesan kuat dari keberadaan Kapal Pinisi di jembatan itu, lanjut Anies, Kapal Pinisi ingin menjangkau dunia dan yang bisa menjangkau hanya para pemberani. “Dan, mudah-mudahan di Jakarta lebih banyak lagi pemberani-pemberani seperti di Makassar,” jelasnya.
Yang menarik, jembatan itu dilengkapi dengan penyeberangan sepeda.
Menurut Anies ini penyeberangan pertama di Indonesia yang memiliki jalur lintasan untuk pesepada. Biasanya jembatan penyeberangan hanya sebatas penyeberangan untuk orang saja, tetapi di JPO Kapal Pinisi bisa dilalui oleh para pengguna sepeda.
Ruang Ketiga
Menurut mantan menteri pendidikan dan kebudayaan era Jokowi-JK, revitalisasi JPO itu merupakan bagian dari ikhtiar membangun persatuan. Persatuan itu, lanjutnya, tidak otomatis. Persatuan itu harus diusahakan. Apalagi, dalam pencermatan Anies, masyarakat di Jakarta banyak yang terstratakan secara sosial ekonomi.
“Saya perhatikan di Jakarta ada ruang rumah, ini saya sebut ruang pertama, ruang kerja ruang kedua, ruang ketiga itu ruang bersama. Di sebuah kota, kebanyakan ruang ketiga kita diserahkan kepada perusahaan private sector untuk bekerja menyiapkan ruang ketiga,” kata Anies.
Masih berkaitan dengan ruang ketiga seperti halnya JPO, Anies juga menjelaskan pembangunan transportasi umum. Dia mencontohkan terlebih dulu tentang mal yang ada di mana-mana, ada kelasnya. Ada segmen atas, tengah, bawah. Tidak ada untuk semua segmen.
“Kalau swasta membuat usaha pasti pakai segmen. Tidak mungkin swasta tidak pakai segmentasi. Pasti pakai segmentasi. Negara yang tidak pakai segmentasi. Karena itulah mengapa di Jakarta dibangun transportasi umum,” bebernya.
Anies menjelaskan, transportasi umum di Jakarta pada saat ia mulai bertugas, jangkauan kendaraan umumnya mencapai 42 persen wilayah Jakarta. Hari ini, sudah menjangkau 82 persen seluruh wilayah Jakarta. Dua kali lipat dalam waktu 3 setengah tahun.
Keberhasilan itu, tak terlepas dari adanya kebijakan integrasi transportasi. Kata Anies kuncinya satu, yakni integrasi. Mencakup integrasi tiket, integrasi rute, dan integrasi manajemen.
“Begitu terintegrasi orang mulai naik kendaraan umum. Tapi kalau tidak terintegrasi, jangan harap,” imbuh Anies.
Persatuan dan Kesetaraan
Kendaraan umum memang penting. Bisa mengurangi kemacetan dan mengurangi polusi. Tapi yang jarang dibahas itu, kendaraan umum mempererat persatuan. Itulah mengapa kemudian Anies bangun kendaraan umum untuk bisa memiliki rasa persatuan dan rasa kesetaraan.
Anies lantas memberikan ilustrasi kesetaraan dengan menyebutkan tempat ibadah. “Ada satu tempat dan kalau kita datangi kita merasa setara. Hotel ini belum tentu memberikan rasa setara. Tapi, ada satu tempat yang selalu kita datangi, pasti setara. Namanya tempat ibadah,” katanya.
Oleh karena itu, datang ke masjid, walaupun sangat miskin percaya diri untuk duduk di shaf paling depan. Tidak ada masjid kelas atas, tengah, bawah. Kalau namanya tempat ibadah, itu pasti setara.
Nah, negara ketika membangun fasilitas itu membangun perasaan kesetaraan.
Anies menjelaskan, begitu membangun kendaraan umum, penumpang kendaraan umum di Jakarta naik 1 juta orang per hari. Tiga kali lipatnya dari sebelumnya yang berada di kisaran 350 ribu penumpang per hari.
“Jadi, kalau yang tambah jumlah busnya, berarti kita punya uang. Tetapi kalau yang bertambah jumlah penumpangnya, berarti orang berubah perilakunya dari kendaraan pribadi ke kendaraan umum,” imbuhnya.
Menurut Anies, pembangunan transportasi umum untuk kota sebesar Jakarta ini memang penting. Mengapa? Jakarta itu penduduknya 10 juta, jumlah sepeda motornya 13 juta, mobil 3 juta. Kalau semua keluar pakai kendaraan pribadi, kota ini berhenti.
“Jadi, semua kota-kota modern di dunia, pasti menggunakan kendaraan umum. Nah, apa konteksnya dalam persatuan, begitu pakai kendaraan umum, maka orang di atas kendaraan umum dididik untuk merasakan ada kesataraan. Tidak ada VIP, tidak ada bisnis, tidak ada ekonomi,” kata Anies.
Semua orang duduk di kursi yang sama, semua berdiri di tempat yang sama. Kesetaraan itu hadir setiap hari dalam aktivitas tersebut. Nampaknya ini sederhana, tapi itu bisa membuat perasaan kesetaraan itu tumbuh.
“Kami ikhtiarkan di Jakarta. Dan sekarang, Alhamdulillah kalau naik kendaraan umum, Bapak/Ibu akan menyaksikan, banyak mereka yang berprofesi manajemen menengah atas menggunakan kendaraan umum karena mereka merasakan kenyamanan. Tetapi yang terutama apa? Kesetaraan,” pungkasnya.
Begitulah Anies berbagi jurus menata DKI Jakarta saat ke Provinsi Sulawesi Selatan. Bagaimana ia membangun atau merevitalisasi JPO, mengintegrasikan moda transportasi umum, revitalisasi trotoar, taman kota, membangun stadion sepak bola, jalur sepeda, dan lain-lain. Hadirkan kesetaraan yang berkeadilan, dan pada gilirannya niscaya persatuan pun dapat terwujud. (kba)