Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengucilkan kemajuan DKI Jakarta era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan dianggap kontra produktif dengan realitas Ibu Kota yang saat ini mengalami banyak kemajuan di segala aspek.
JAKARTA | KBA – Pernyataan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang mengucilkan kemajuan DKI Jakarta era kepemimpinan Gubernur Anies Baswedan dianggap kontra produktif dengan realitas Ibu Kota yang saat ini mengalami banyak kemajuan di segala aspek.
Lewat keterangan pers yang diterima KBA News di Jakarta, Senin, 10 Januari 2022, Sekretaris Wilayah (Sekwil) DPW PPP DKI Jakarta Najmi Mumtaza Rabbany menyarankan, agar Hasto dalam menyampaikan kritik disertai data pendukung agar tak terkesan asal bunyi alias Asbun.
Di sisi lain, Gus Najmi, sapaan akrab Najmi Mumtaza menilai, Hasto dan PDIP harusnya bangga dengan kepemimpinan Anies yang sukses membawa Jakarta lebih maju dan berkembang tanpa kebijakan gususur menggusur.
“Seharusnya PDIP bangga dengan kepemimpinan Anies. Jakarta semakin tertata rapi, transportasi sudah terintegrasi semua, masyarakat yang tadinya tergusur sekarang sudah tidak ada lagi berita penggusuran,” ucap Gus Najmi.
Selain integrasi transportasi, demikian ungkap Gus Najmi, pembangunan Jakarta Internarional Stadium (JIS), salah satu stadion sepak bola termegah di dunia yang dalam waktu dekat ini akan diresmikan juga mestinya dijadikan catatan positif kepemimpinan Anies.
“Janji bikin stadion berkelas intensional idaman warga Jakarta terealisasi, serta program vaksinasi berjalan cepat sehingga Jakarta mampu lekas bangkit,” ungkap Gus Najmi.
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto membandingkan kemajuan DKI Jakarta era Gubernur Anies Baswedan masih jauh dibanding era Joko Widodo (Jokowi), Basuki Tjahja Purnama alias Ahok maupun Djarot Saiful Hidayat saat memimpin Jakarta.
Selain itu, Hasto dalam pernyataannya pada Minggu, 8 Januari 2022 kemarin juga mengibaratkan kondisi di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat seperti Tarian Poco-poco yang bergerak maju kemudian mundur setelah berganti pemimpin.
Sontak, pernyataan Hasto tersebut dianggap Asbun karena kontra produktif dengan realitas dengan realitas Ibu Kota yang saat ini mengalami banyak kemajuan di segala aspek selama empat tahun kepemimpinan Anies.
Selain Gus Najmi, politikus PKS Tifatul Sembiring juga turut angkat bicara. Lewat cuitannya di akun Twitter @tifsembiring, mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini mempertanyakan parameter penilaian Hasto tersebut.
“Parameter penilaiannya, apa Mas (Hasto Kristiyanto). Baik kuantitatif atau kualitatif. Atau pakai perasaan2 saja…🤔. Masing2EraBedaSituasinya,” tulis Tifatul Sembiring dikutip KBA News di Jakarta, Senin, 10 Januari 2022.
Tifatul Sembiring wajar mempertanyaan parameter penilain Hasto, mengingat DKI Jakarta selama empat tahun era kepemimpinan Anies mengalami kemajuan pesat di semua aspek.
Misalnya, penataan infrastruktur kota, mencakup trotoar, halte maupun jembatan penyeberangan orang (JPO) yang kian tertata rapi serta ramah disabilitas, integrasi transportasi publik sehingga keluar sebagi juara dunia dalam ajang Sustainable Transport Award (STA) selama dua tahun berturut.
Anies dengan kepemimpinan kolaboratifnya juga berhasil membangun kembali perkampungan bekas gusuran Ahok. Sebut saja, Kampung Susun Akuarium di Penjaringan, Jakarta Utara, Kampung Susun Produktif Tumbuh Cakung di Jatinegara, Jakarta Timur untuk warga Bukit Duri.
Keberpihakannya juga ditunjukkan Anies dengan membangun kembali pemukiman warga di Kampung Kunir di Pinangsia, Tamansarai, Jakarta Barat. Nantinya, sebayak 33 kepala kelurga (KK) yang pernah digusur Ahok pada 2015 silam akan ditempatkan di perkampungan yang berlokasi tak jauh dari kawasan Kota Tua tersebut.
Selain itu, Jakarta di bawah Anies juga berhasil mempertahankan tradisi predikat Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terkait hasil laporan keuangan daerah oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Menjadi kota paling demokratis selama empat tahun beruntun juga diraih.
Bahkan, di era keemasan ini, Jakarta juga berhasil terpilih sebagai Kota Sastra Dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO. Jakarta masuk sebagai salah satu dari 49 kota di dunia yang tergabung dalam jaringan kota kreatif dunia (UNESCO’s Creative City Network) tahun 2021.
Soal kesejahteraan, warga Jakarta sejak 2017 lalu juga berlimpah subsidi dengan program-program bantuan sosial yang semakin ditingkatkan, mulai dari Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus, Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU), Kartu Pekerja Jakarta (KPJ), Kartu Penyandang Disabilitas Jakarta (KPDJ), Kartu Lansia Jakarta (KLJ), hingga bantuan bagi Penyedia Jasa Lainnya Perorangan atau PJLP.
Daftar di atas belum termasuk keberhasilan Anies mewujudkan Jakarta International Stadium (JIS), stadion sepak bola berstandar FIFA yang pada 2020 dikategorikan media Inggris, The Daily Mail, masuk 10 stadion termegah sejagat dan masih banyak lagi proyek-proyek ambisius yang sudah dan akan segera diresmikan.
Sementara Jokowi yang hanya menjabat Gubernur DKI Jakarta selama dua tahun belum terlalu mencolok keberhasilannya membangun Jakarta. Begitu juga dengan Ahok yang melanjutkan kepemimpinan Ibu Kota pasca ditinggal Jokowi maju Pilpres 2014 dan terpilih.
Ahok selama memimpin Jakarta tak lepas dari aksi kontroversi, mulai kebijakan gusur menggusur pemukiman warga atas dasar dalih normalisasi sungai, masalah relamasi di teluk Jakarta hingga dugaan korupsi di kasus RS Sumber Waras. (kba)