Pada periode tahun 2020, Jawa tengah menjadi satu-satunya provinsi dengan jumlah bencana banjir terbanyak hingga mencapai 254 kali banjir. Sementara, DKI Jakarta hanya 58 kali.
JAKARTA | KBA – Kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo kerap kali diperbandingan satu sama lain sejak keduanya digadang-gadang bakal maju pada Pilpres 2024.
Selain penanganan Covid-19, kesehatan, kemiskinan, pendidikan, penyediaan lapangan kerja, transportasi dan infrastruktur, kinerja keduanya dalam mengatasi bencana banjir juga tak luput dari sorotan publik.
Berikut ini, KBA News secara khsusus menyajikan kinerja Anies dan Ganjar dalam upaya menanggulangi banjir merujuk pada data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sepanjang periode 2020
Indikator dalam mengukur keberhasilan Anies maupun Ganjar dalam penanganan banjir didasarkan pada jumlah dan sebaran banjir yang semakin berkurang serta meminimalisir dampak banjir terhadap masyarakat.
Perbandingan Banjir Jakarta & Jawa Tengah
Pada periode tahun 2020, Jawa tengah menjadi satu-satunya provinsi dengan jumlah bencana banjir terbanyak hingga mencapai 254 kali banjir.
Disusul Jawa Barat sebanyak 215 kali dan Jawa Timur sebanyak 136 kali. Sementara, bencana banjir yang terjadi di wilayah DKI Jakarta hanya 58 kali sepanjang tahun 2020.
Dampak Banjir yang Ditimbulkan
Bencana banjir yang melanda sebagian besar Jawa Tengah pada periode tahun 2020 mengakibatkan 264.905 jiwa terdampak, 21.490 orang harus mengungsi dan 13 orang meninggal dunia.
Bencana banjir juga menggenangi sebanyak 526 pemukiman warga, 19 jembatan rusak parah serta sebanyak tujuh pusat pendidikan rusak akibat banjir.
Sementara warga terdampak bajir di DKI Jakarta hanya berjumlah 67.951 orang, sebanyak 54.535 orang mengungsi dan terdapat 20 orang meninggal dunia.
Banjir ibu kota tidak berdampak serius terhadap fasilitas publik, seperti rumah ibadah, pusat pendidikan dan kesehatan, maupun fasilitas publik lain.
Masih dikutip dari data BNPB, banjir tahun 2020 bukanlah yang terparah. Sebelumnya, ada lima banjir besar dalam sejarah DKI Jakarta, yakni pada 2002, 2007, 2013 dan 2014.
Jika melihat dari dampak yang ditimbulkan seperti korban meninggal dunia, sebaran titik banjir hingga jumlah pengungsi, maka dapat disebut tahun 2007 menjadi banjir terparah. (kba)