Komitmen Gubernur Anies Baswedan menjadikan DKI Jakarta sebagai rumah bagi semua warga diwujudkan dengan dihadirkannya ruang-ruang publik yang menyenangkan secara gratis.
JAKARTA | KBA – Komitmen Gubernur Anies Baswedan menjadikan DKI Jakarta sebagai rumah bagi semua warga diwujudkan dengan dihadirkannya ruang-ruang publik yang menyenangkan secara gratis.
Ruang-ruang publik yang disebut ‘Ruang Ketiga’ itu dibagun Gubernur Anies sebagai tempat berinteraksi antarwarga, di mana setiap pembangunannya terdapat nilai kesetaraan.
Wujud ‘Ruang Ketiga’ yang dimaksud seperti, trotoar yang sudah direvitalisasi menjadi indah, nyaman, serta ramah kaum disabitas.
Juga halte dan jembatan penyebarangan orang (JPO) yang dibuat terintegari antar moda transportasi Ibu Kota. Mempercantik taman-taman kota, hutan kota hingga jalur hijau.
Gubernur Anies juga mewujudkan ‘Ruang Ketiga’ dengan mengkonversi kawasan yang semula jalan raya, disulap menjadi tempat bagi pejalan kaki.
“Kalau menyenangkan berbayar sudah banyak,” ucap Gubernur Anies dalam tayangan video YouTube ‘Ruang Ketiga’ dikutip KBA News, Kamis, 27 Januari 2022.
Bagi Gubernur Anies, Jakarta harus menjadi sebuah kota yang membuat semua merasa layaknya rumah sendiri. Siapa dan dari mana warga itu berasal harus bisa mengakses ruang publik yang menyenangkan serta gratis tersebut.
Taman-taman di Jakarta, demikian lanjut Gubernur Anies, dirancang multifungsi dan desain taman disesuaikan dengan kebutuhan. Contohnya, taman bisa difungsikan untuk kegiatan rekreatif hingga ramah terhadap lansia.
“Sebagai contoh Taman Puring. Taman Puring itu memang sudah lama menjadi tempat kumpulnya komunitas parkour karena itu disiapkan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhannya,” tutur Gubernur Anies.
Sedangkan, khusus taman yang letaknya bersampingan denangan sungai juga didesain untuk menampung luapan air. Dia menyebut taman di samping sungai bisa difungsikan sebagai ‘parkiran air’ di kala musim hujan.
“Ada taman yang posisinya di samping sungai sehingga dia pada saat musim hujan ketika sungai airnya meningkat, didesain untuk menampung luapan air sungai sehingga parkirnya di dalam taman,” jelasnya.
Di sisi lain, Gubernur Anies mengoreksi anggapan ‘taman dibanjiri’. Yang benar, menurut penggagas Gerakan Indonesia Mengajar itu adalah taman dijadikan untuk parkiran air agar tidak meluap ke jalan.
“Itu pernah berkomentar, ‘Pak, taman yang banjir, bukan banjir itu memang parkir air. Jadi kalau di taman di parkiran air, bukan. Memang begitu. Nanti ketika musim kering air sungainya turun maka tamannya turun,” demikian Gubernur Anies. (kba)