Nampaknya Anies Baswedan juga tak punya waktu banyak untuk selalu meladeni para pembencinya. Bagi Anies meladeni imajinasi tanpa bukti adalah sebuah kesia-siaan.
MENARIK dalam sebuah dialog disebuah media sosial yang menghadirkan Anies Baswedan sebagai narasumber dan dua orang sebagai host. Dalam dialog itu, Anies memulai dengan kalimat-kalimat runtut dan satu hal lagi yang tak pernah tertinggal, “senyum manis tanpa janji manis”.
Anies memulai dengan pernyataan, “kalau ada memberi label itu bukan urusan saya, kalau ada yang menuduh itu juga bukan urusan saya dan bila ada yang memfitnah saya bahwa saya intoleran, saya menang pilgub DKI dengan menjual ayat dan mayat itupun juga bukan urusan saya.”
“Ada kewajiban bagi para penuduh untuk membuktikan tuduhannya, bukan saya yang harus membuktikan.”
“Kalau mereka tak dapat membuktikan maka mereka sedang berimajinasi, lalu buat apa saya menanggapi imajinasi.”
“Nah sekarang saya 4 tahun memimpin Jakarta, maka tolong dibuktikan tuduhan tuduhan itu, kalau nggak bisa maka itu imajinasi.”
“Kalau dulu saat kampanye saya tidak akan bantah karena itu masih imajinasi, sekarang saya sudah bekerja 4 tahun, nah tolong dibuktikan tuduhan tuduhan itu, kalau tidak bisa maka tuduhan itu hanya imajinasi yang layak untuk dikoreksi.”
Begitulah gaya Anies yang santun, tidak meledak-ledak bahkan cenderung “selengekan” tapi cerdas dan mengena ketika menghadapi imajinasi para pembencinya.
Bagaimana Anies menanggapi imajinasi Giring seolah warga terdampak bangunan Jakarta International Stadium (JIS) tidak mendapatkan manfaat. Anies dengan santai menyampaikan terimakasih sudah banyak waktu untuk mengitari seluruh daerah yang menjadi wilayah pembangunan JIS. Bahkan dalam cek sound suara di JIS, Anies memuji band Nidji sebagai band yang suaranya tida ada sumbang-sumbangnya.
Anies juga dengan jenaka menjawab imajinasi Giring, dengan memberi tahu dua orang host yang sedang bernyanyi Laskar Pelangi yang pernah dinyanyikan Giring, “Mas… Mas, tolong jangan berisik, ini ada orang kerja”, sederhana, jenaka, santun dan sangat epic menanggapi para pembencinya yang kehilangan keberadabannya.
Bagi Anies saat ini bagaimana ia bisa berbuat baik dan menunaikan seluruh janji kampanye terhadap warga Jakarta.
Nampaknya Anies juga tak punya waktu banyak untuk selalu meladeni para pembencinya, bagi Anies meladeni imajinasi tanpa bukti adalah sebuah kesia-siaan.
Memang benar Mas Anies… meladeni imajinasi tanpa bukti itu suatu perbuatan yang sia-sia, dan bukankah perbuatan sia-sia adalah perbuatan syaithan. Maka cukuplah bagi Mas Anies bila mendengar imajinasi para pembenci dengan membaca ta’awudz, audzu billahi minassyaithoonirrojiim.
Surabaya, 25 Januari 2022