Dengan ekosistem seni budaya yang baik, Anies Baswedan ingin meningkatkan kualitas seni budaya Indonesia dan sekaligus mengangkat kehidupan ekonomi seniman.
JAKARTA | KBA – Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta bukan hanya sebuah proyek besar pembangunan infrastruktur seni budaya, melainkan juga sebuah proyek pembuatan ekosistem seni budaya untuk menghasilkan para seniman berkelas internasional.
“Kawasan Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) TIM dapat menjadi simpul ekosistem kebudayaan dengan desain tempat-tempat pertunjukan berstandar internasional, ramah lingkungan, ramah penyandang disabilitas, dan mengoptimalkan ruang publik,” kata Deputi Projects Director BUMD PT Jakarta Propertino (JakPro) Tabah Noekman kepada KBA News pada wawancara eklusif, di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa, 21 Desember 2021.
Selain itu, kata Tabah, revitalisasi juga untuk mengembalikan fungsi TIM sebagaimana rencana awal didirikannya, yakni sekitar tahun 1968, saat DKI Jakarta dipimpin oleh Gubernur Ali Sadikin.
“Pak Anies (Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, red) menugaskan JakPro untuk membuat sebuah Kawasan yang dapat menjadi ekosistem seni dan budaya, menjadi simpul atau pusat kebudayaan, tempat para kreator seni menempa kualitas diri dan sekaligus menampilkannya ke publik di tempat ini,” kata Tabah.
Untuk itu, semua fasilitas yang ada di TIM akan distandarkan dengan apa yang pada umumnya terdapat di pusat-pusat kesenian bertaraf internasional. Baik dari aspek gedung pertunjukan, ruang pameran, lighting, tata suara, hingga ke pengaturan tempat duduk penonton, dan lain sebagainya.
“Jadi Pak Anies tidak main-main dalam membangun TIM. Dia ingin mengangkat derajat para seniman untuk naik level, disegani bukan hanya di level nasional, tetapi juga mendapat penghormatan yang layak di dunia internasional. Memulainya dengan menyediakan sarana dan prasarana berkesenian yang lebih baik,” ujarnya.
Tabah juga mengingatkan, bahwa Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pernah menyampaikan bahwa kehadiran TIM harus bisa membuat seniman kaya. Tidak semestinya kehidupan ekonomi seniman susah. Jangan juga berpikiran bahwa bila jadi seniman itu berarti miskin, hidup menggembel.
“Itu konsepnya. Dengan ekosistem seni budaya yang baik, Pak Anies ingin meningkatkan kualitas seni budaya Indonesia dan sekaligus mengangkat kehidupan ekonomi seniman,” ujar Tabah.
“Pak Anies meyakini, dengan ekosistem yang baik, maka akan menghasilkan karya-karya seni terbaik yang mampu menjadi pembicaraan di tingkat global. Dengan demikian, akan muncul seniman-seniman bertaraf internasional,” katannya.
Dengan begitu, lanjut Tabah, dapat mengangkat nama Indonesia menjadi baik di dunia internasional, sebagai pusat seni budaya nusantara yang berkelas dunia.(kba)