Survei Indonesia Political Opinio (IPO) terbaru menunjukkan elektbilitas Gubernur Jakarta Anies Baswedan kian tak terkejar di posisi pertama.
JAKARTA | KBA – Indonesia Political Opinion (IPO) kembali merilis hasil survei bakal calon presiden (capres) 2024 terbaru. Hasilnya, tingkat keterpilihan (elektabilitas) Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kian tak terkejar di posisi teratas dari 40 nama yang dinominasikan.
Dalam survei IPO, elektabilitas Anies berada di angka 21,3 persen, disusul Menteri Prawisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno yang memperoleh elektabilitas sebesar 13.8 persen. Sementara Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo harus puas di posisi 3 dengan eletabilitas 11,6 persen.
Kejutan datang dari Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang mampu meraih elektabilitas 10.2 persen mengacu survei IPO. Dengan angka itu, AHY, sapaan akrabnya, berhak menduduki posisi 4 klasemen capres 2024.
Adapun Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto harus rela posisinya tergusur dari 3 besar. Sebab, jika Pilpres dilaksanakan hari ini, elektabilitas Prabowo hanya sebesar 8,4 persen.
“Memang terlihat ada caruk persentase sekira 15 sapai 17 persen yang tidak suka pada Prabowo, sehingga kelompok ini rentan mempromosikan anti Prabowo,” ucap Direktur Eksekutif IPO Dedi Kurnia Syah kepada KBA News, Sabtu, 4 Desember 2021.
Dalam pandangan Dedi, elektabilitas Pabowo yang kian memburuk ini karena kejenuhan publik atas ketokohan Prabowo. Di watu bersamaan, rekan separtainya Sandiga Uno mulai merangkak naik menggantikan ketokohan Prabowo.
Faktor lainnya, dipengaruhi tren pemilih yang cenderung menyukai tokoh muda pada Pilpres 2024. “Membaca tingkat popularitas, elektabilitas dan penerimaan publik terhadap tokoh-tokoh potensial, terutama Sandiaga Uno dan Prabowo Subianto terlihat mencolok jika Prabowo mulai ditinggalkan, beralih ke Sandiaga Uno yang mulai merangkak naik menggantikan,” ungkap Dedi.
Survei IPO ini dilakukan dengan mengambil representasi sampel sejumlah 1.200 responden yang tersebar proporsional skala nasional dan berdasarkan data pada survei sebelumnya (Periode Maret 2020, Agustus 2020, April 2021 dan Agustus 2021).
Dengan teknik ini, setiap anggota populasi (responden) memiliki peluang setara untuk dipilih atau tidak menjadi responden. Untuk menguji validitas responden, IPO melakukan spot check pada 15 persen dari total populasi sampel dan pengujian metode pra-research. (kba)