Wajah baru Jakarta adalah soal mindset, cara berpikir, serta cara pandang. Selain itu wajah baru Jakarta juga menghadirkan kedaulatan dalam setiap kebijakan dan mengusahakan persatuan.
JAKARTA | KBA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta membuat rangkuman hasil capaian kinerja Pemprov Tahun 2021, di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria.
Wajah baru Jakarta adalah soal mindset, cara berpikir, serta cara pandang. Selain itu wajah baru Jakarta juga menghadirkan kedaulatan dalam setiap kebijakan dan mengusahakan persatuan.
Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) Tatak Ujiyati merangkum hasil kinerja Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan selama ini yang sudah terealisasikan.
Salah satu capaian Anies Baswedan yang dirangkum Tatak adalah ‘Jakarta Ramah Bersepeda.’
Pemprov DKI telah membangun jalur sepeda sepanjang 97,77 km. Pembangunan jalur sepeda ini merupakan bagian dari program Jakarta ramah bersepeda.
Menurut Tatak, program ramah bersepeda yang dibuat Anies untuk mengakomodir tingginya minat warga bersepeda, sekaligus menjadikan sepeda sebagai sarana transportasi saat mereka berangkat kerja.
Penyediaan fasilitas jalur sepeda di seluruh wilayah Jakarta menunjukkan upaya dan konsistensi Pemprov DKI Jakarta dalam mendorong masyarakat menggunakan sepeda sebagai alat transportasi yang ramah lingkungan.
“Memuliakan angkutan ramah lingkungan. Membuat 97.77 km jalur sepeda, sebagian diantaranya jalur terproteksi. Berkolaborasi dengan swasta menyediakan sarana penyewaan sepeda dan parkir sepeda. Anies mengubah wajah Jakarta jadi lebih manusiawi,” kata Tatak di akun twitter @tatakujiyati di kutip KBA News, di Jakarta Pusat, Rabu, 15 Desember 2021.
Tak hanya sepeda, tetapi Pemprov DKI juga melakukan kolaborasi bersama Pemerintah Pusat demi terwujudnya integrasi transportasi publik di Jakarta. Salah satunya wujudnya pada penataan Stasiun Tebet, Stasiun Palmerah, Stasiun Gondangdia, Stasiun Kota, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Manggarai.
Dari ke enam stasiun tersebut yang sudah rampung dikerjakan ialah Stasiun Tebet di Jakarta Selatan, Stasiun Manggarai di Jakarta Pusat, dan Stasiun Palmerah di Jakarta Barat.
Menurutnya, transportasi di Jakarta sebelumnya bekerja secara sendiri-sendiri. Namun Gubernur DKI Anies Baswedan mendorong kolaborasi berbagai pemangku kepentingan agar terjadi integrase transportasi sehingga memudahkan masyarakat menggunakan transportasi publik.
“Fasilitas angkutan umum dirombak demi kemudahan, kenyamanan dan keselamatan warga. Ingat simpang temu CSW? Itu hasil kolaborasi PT Transportasi Jakarta dan PT MRT atas dorongan Gubernur DKI Anies Baswedan, yang awalnya kerja sendiri-sendiri. Bahkan, DKI secara aktif mengajak kolaborasi Pemerintah Pusat membenahi stasiun-stasiun Kereta Rel Listrik (KRL),” tulisnya.
Merawat Objek Bersejarah
Tatak juga menjelaskan bahwa Pemprov DKI selalu berkomitmen untuk merawat objek bersejarah di Jakarta. Menurutnya, hal itu dilakukan agar tidak tergerus zaman.
Pemprov DKI telah melakukan pembangun dan revitalisasi yang dimulai dari kediaman pahlawan, gedung pertemuan, hingga rumah ibadah agar tetap digunakan oleh generasi penerusnya.
“Bangunan-bangunan tempat ibadah bersejarah direvitalisasi dengan tetap mengedepankan kaidah pelestarian benda cagar budaya. Di antaranya, Masjid Jami Al Mansur yang dibangun tahun 1717, Gereja Immanuel yang dibangun tahun 1834, dan Masjid Luar Batang yang dibangun pada abad 18. Kita tak melupakan sejarah,” ungkapnya.
Kemudian Pemprov DKI juga merevitalisasi jembatan penyeberangan orang (JPO) di Jakarta. Saat ini yang tengah di fokuskan adalah JPO Pinisi di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat. Progres JPO Karet-Sudirman sudah memasuki 95 persen.
“Absolutely beautiful Jempolan – Jempolan. Progres JPO Karet – Sudirman sudah memasuki 95 persen, Wah…. Nyaris tuntas JPO Karet Sudirman. Terima kasih Pak @aniesbaswedan @DKIJakarta #WajahBaruJakarta #Sudirman #JPOPinisi, ” tulis akun @kebijakananies.
Berbagai masyarakat merespon atas pembangunan JPO tersebut, salah satunya @Albantany16 yang mempertanyakan keindahan Jakarta seperti luar negeri.
“Ini bener Jakarta??? Bukan Singapore? Wiiiih kereeeen abizzzzzzz (emoticon love),” tanya @Albantany16.
Namun ada warganet yang mempertanyakan kenapa pembangunan JPO sekarang ini di Jakarta tidak ada atapnya.
“Min…kenapa JPOnya sekarang pada gak pakai atap ya? Kalo hujan ribet juga ya,” tanya @TalisyahWin.
Kemudian salah satu warganet merespon pertanyaan tersebut, menurutnya tidak adanya atap di JPO agar keindahan Kota Jakarta terlihat.
“Bantu jawab, biar pemandangan Kota Jakarta bisa dilihat lebih leluasa. Lagi pula fungsi JPO sebagai tempat penyeberangan, bukan berteduh (emoticon mata ber-love),” jawabnya. (kba)