Partai Solidaritas Indonesia (PSI) hanyalah partai kecil yang gagal mengantarkan kadernya ke Senayan pada Pemilu 2019 lalu. Sehingga, apa yang dilakukan Ketua Umum-nya Giring Ganesha tak lain hanya untuk mencari sensasi agar tetap eksis.
JAKARTA | KBA – Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin ikut menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Giring Ganesha yang menyebut masa depan Indonesia suram apabila dipimpin pembohong dan sosok intoleran pecatan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ujang menduga, pernyataan Giring yang dilontarkan di hadapan Presiden Jokowi pada acara puncak Hari Ulang Tahun (HUT) ke-7 PSI, Rabu, 22 Desember 2021 tersebut diarahkan kepada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Meskipun, Giring dalam pernyataannya tidak menyebut secara spesifik sosok pembohong dan intoleran itu.
“Pernyataan tersebut kelihatannya ditunjukkan untuk Anies. Karena bagi PSI, Anies adalah lawan dan musuh politik yang tak boleh jadi presiden. Jadi hari-harinya akan terus menyerang Anies,” ucap Ujang kepada KBA News di Jakarta, Jumat, 24 Desember 2021.
Dugaan Ujang ini cukup beralasan, mengingat dalam banyak kesepatan Giring dengan PSI-nya selalu melempar serangan kepada Gubernur Anies. Misalnya, saat mantan vokalis band Nidji ini dalam sebuah video di akun Twitter resmi PSI, Senin, 20 September 2021 menuding Gubernur Anies sebagai pemimpin pembohong yang tak boleh menjadi presiden di tahun 2024.
“Seperti juga pada pernyataan-pernyataan Giring sebelumnya yang selalu serang Anies. Mudah dibaca dan ditebak manuver yang dilakukan oleh Giring tersebut. Dengan berpolitik seperti itu justru akan merugikan PSI sendiri,” tutur Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar tersebut.
Dalam etika politik, demikian jelas Ujang, pernyataan Giring harusnya tidak sampai terucap. Terlebih itu hanya membuat publik makin sensi dan benci pada PSI. “Mestinya Giring tak usah hajar dan serang Anies. Itu tak bagus. Lebih baik munculkan saja prestasi-preerasi PSI di hadapan rakyat. Itu jabih elegan,” saran Ujang.
Kendaki demikian, Ujang menyadari, bahwa PSI hanyalah partai kecil yang gagal mengantarkan kadernya ke Senayan pada Pemilu 2019 lalu. Sehingga, apa yang dilakukan Giring tak lain hanya untuk mencari sensasi agar tetap eksis.
“Itulah cara pendekatan PSI dalam berpolitik. Masih cari sensasi untuk dapatkan simpati. Padahal yang dilakukannya kontraproduktif. Mestinya hadirkan dan munculkan prestasi-prestasi PSI dan Giring sebagai Ketum PSI,” demikian Ujang. (kba)