Selain pengusaha, ada namanya politisi yang sering berubah tanpa memandang waktu. Para politisi ini akan cepat berubah mendukung atau melawan Anies Baswedan, tergantung situasi di lapangan pertandingan.
JAKARTA | KBA – Sejauh ini Anies Baswedan bisa dibilang menjadi salah satu pejabat yang enak untuk digebuk, baik oleh sesama pejabat, politisi, hingga buzzer. Alasan Anies digebuk sederhana, yakni semakin menguatnya dia sebagai Calon Presiden (Capres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
Dari berbagai hasil survei, Gubernur DKI Jakarta ini selalu berada di posisi utama atau kedua. Kondisi ini membuat para elite politik dan pengusaha khawatir jika Anies terpilih menjadi Presiden di 2024. Kekhawatiran mereka hanya satu, yakni bisnis gelap mereka akan terganggu dengan kebijakan-kebijakan Anies.
“Kelompok rasional. Mereka adalah para pengusaha dan para politisi. Boleh jadi pengembang pulau reklamasi kecewa, lalu khawatir jika Anies jadi Presiden. Selain pulau reklamasi tidak bisa dilanjutkan, bisnis-bisnis haram lainnya akan terganjal,” kata Pengamat Politik Toni Rosyid lewat keterangan tertulisnya yang diterima KBA News, Senin 13 Desember 2021.
Sejauh ini, yang paling getol menghajar Anies Baswedan adalah para buzzer bayaran atau buzzeRp. Mereka bekerja secara profesional untuk menghajar Anies dari segala sisi. Dan ini sebagai salah satu cara untuk menghentikan langkah Anies di Pilpres 2024.
“Para pengusaha yang bisnisnya menabrak hukum, tentu akan ketakutan jika Anies jadi orang nomor satu di Indonesia. Mereka berupaya menghalangi Anies. Berbagai cara akan dilakukan. Termasuk sewa buzzer. Satu tugasnya: serang Anies. Buzzer, atau yang populer dengan istilah BuzzeRp, adalah para profesional,” ujarnya.
“Mereka bekerja bukan karena benci. Mereka kerja karena ada yang gaji. Gaji berhenti, mereka juga akan berhenti. “Bergantung tuan menyiapkan upeti”,” sambungnya.
Menariknya, kata Toni Rosyid, jika langkah mereka mengganjal Anies tidak berhasil, maka langkah selanjutnya adalah merapat dan merangkul mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu.
“Tapi, jika para pengusaha bermasalah ini gagal ganjal Anies, mereka akan beralih strategi: merapat dan merangkul. Mereka tak akan berseberangan dengan penguasa,” jelasnya.
Lanjut Toni Rosyid, selain pengusaha, ada namanya politisi yang sering berubah tanpa memandang waktu. Para politisi ini akan cepat berubah mendukung atau melawan Anies, tergantung situasi di lapangan pertandingan.
“Selain pengusaha, ada politisi. Bagi para politisi, kawan dan lawan itu bergantung situasi. Jaraknya tipis sekali. Pagi kawan, sore bisa jadi lawan. Begitu juga sebaliknya. Begitu juga terhadap Anies. Para politisi yang menyerang Anies itu tak ubahnya seperti drama. Saat ini, Anies dianggap mengancam kepentingan politiknya. Jika nanti partainya mengusung Anies, para politisi ini akan tegak lurus ikut garis komando partai,” paparnya.
Lanjut Pemerhati Bangsa ini, partai seperti PSI pun akan berubah jika ada yang menguntungkan mereka jika Anies menjadi Presiden. Karena politisi sejatinya akan bergerak ke arah yang menguntungkan mereka dan partainya.
“PSI, jika nanti merasa lebih menguntungkan jika dukung Anies di Pilpres 2024. Begitulah politik, bukan sesuatu yang statis, tapi dinamis. Memukul atau merangkul, itu hanya soal situasi. Situasi mana yang lebih menguntungkan, itulah yang akan jadi pilihan mereka. Suatu sikap yang rasional!” tutup Toni Rosyid.
Sebagai informasi, dari hasil survei terbaru yang dilakukan oleh Indopol Survei & Consulting menempatkan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai penentu.
Dari hasil survei itu, jika Anies menjadi Capres maka dia akan mengalahkan semua pasangan Capres, termasuk pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani hingga Airlangga Hartarto-Ganjar Pranowo.
Namun jika Anies diposisi Cawapres, dia akan kalah oleh pasangan Prabowo-Puan. Anies akan menang sebagai Cawapres jika berpasangan dengan Prabowo sebagai Capresnya. (kba)